Dengan Pendidikan Agama Implemetasi Sain dan Teknologi Akan Terarah Kepada Kebaikan Masyarakat dan Bangsa

Selasa, 27 April 2010

Bunga Bangsa Terganjal UAN

KAJIAN TERHADAP UAN

Program dan kebijakan adanya UAN telah menjadi mesiu bagi anak-anak bangsa menjadi ranjau bagi mereka yang melewatinya tanpa……

Banyak sudah korban dari UAN atau UASBN seperti : siswa yang stress, gedung sekolah yang dirusak oleh siswa yang tidak lulus, lingkungan yang berantakan yang dijadikan pelampiasan ketidak lulusan siswa bahkan ada yang mencoba bunuh diri namun berhasil diselamatkan dan tragisnya gara-gara tidak lulus sekolah mengakhiri hidupnya. Mereka yang mati karena tidak lulus sekolah mereka telah mempertaruhkan kehidupan yang abadi dengan penderitaan hanya karena tidak sekolah. Mereka inilah korban kebijakan yang telah banyak mendapat sorotan masyarakat, para tokoh bangsa namun tetap dijalankan dengan dalih kualitas pendidikan. Lihatlah keluarga koraban dari tahun-ketahun..namun UASBN nampaknya bak tembok kokoh yang tak akan runtuh oleh tangisan bahkan kematian anak bangsa. Mereka tidak lulus bukan karena mereka bodoh, bukan juga karena sekolah kurang fasilitas, bukan karena sdm dan perangkat pengajaran kurang materi..tetapi karena ingin pintar itulah mereka sekolah selama kurun waktu jenjang pendidikan. Program dan kebijakan adanya UAN telah menjadi mesiu bagi anak-anak bangsa menjadi ranjau bagi mereka yang melewatinya tanpa kehati-hatian. Nampaknya kerja guru untuk mencerdaskan siswa selama kurun waktu jenjang pendidikan mentah sudah. Data-data siswa perkembangan siswa yang dipegang guru sebagai acuan perkembangan anak menjadi tidak ada artinya karena untuk kelulusan semua data itu mentah dan tak berguna lagi namun nilai UANlah yang menjadi penentu kelulusan siswa.

Sungguh sedih saya sebagai pendidik melihat kenyataan di lapangan. Disatu sisi saya mengajar dengan penuh persiapan dari mulai kurikulum, persiapan mengajar dan bahkan hasil belajar siswa yang disesuaikan dengan kurikulum sekolah yang hasilnya nyaris sempurna pada setiap tujuan pembelajarannya.

Disisi lain ketika proses UAN berjalan saya melihat ada kekawatiran dari wajah guru senior, kepala sekolah dan bahkan lingkup Dinas yang berwenang. Kekawatiran akan tingkat kelulusan yang nanti bias rendah walau sudah di usahakan dengan susah payah sekuat tenaga. Dan dari sisi proses kedua ini sudah bukan menjadi barang rahasia lagi ada permainan oknum pendidikan untuk bermain cantik memanipulasi data sedemikian rupa sehingga tingkat ketidak lulusan bisa ditekan sedemikian kecilnya. Oknum tersebut juga tidak bisa disalahkan karena sistemnya telah membuka jalan demikian. Sudah banyak cerita yang kita dengar ada kebocoran jawaban soal dari oknum pendidikan. Kenyataan kecurangan di lapangan bisa ditutupi namun kejujuran hati setiap pelaku proses UAN dari mulai tingkat atas hingga pengawas nampaknya seperti duri dalam daging yang terasa sakit ketika secara sadar menyadari dan menelaah secara nurani bahwa kecurangan apapun bentuknya adalah sebuah dosa sesuatu yang tidak membawa berkah.

Penerimaan sekolah lanjutan telah menggunakan system penyaringan untuk menerima siswa sehingga siswa dapat dikelompokkan dalam grade-grade yang nantinya akan disesuaikan pola pengajran dan pendiikannya agar pencapaian tujuan pengajaran tepat saasaran dan efisien. Jadi nilai UAN tiada artinya lagi buat apa..kalau toh masuk ke jenjang berikutnya ada tes lagi…

Hasil UAS bukan cerminan murni kualitas sekolah untuk sekolah-sekolah pada umumnya. Karena disinyalir banyaknya kecurangan dalam proses UAN tersebut. Bahkan UAN menjadi boomerang untuk sekolah-sekolah favorite yang melaksanakan system penerimaan berdasarkan besara nilai UAN saja tanpa tes mandiri masuk sekolah. Sebagai studi kasus misalnya ada sekolah favorite yang menerapkan system penerimaan siswa dengan menggunakan perangking dari data hasil UAN otomatis semua siswa dengan nilai besar UAN akan masuk tanpa syarat tertentu menjadi siswa pada sekolah tersebut. Padahal pendaftar berasal dari sekolah-sekolah yang diantaranya melaksanakan praktek kecurangan dan pembodohan siswa dengan membantu mereka mendapatkan nilai UAN bagus dengan berbagai cara. Walhasil pda proses selanjutnya siswa tersebut akan kesulitan menerima standarisasi proses pendidikan dan kurikulum yang dilaksanakan disekolah favorite tersebut. Ini hal nyata yang bisa menimpa semua penyelenggara pendidikan.

Salahkah oknum pelaku yang demikian itu? Sekali lagi ..itu terjadi karena system telah membuka celah dan jalan untuk perbuatan yang demikian.

Solusi dari rantai permasalahan pedndidikan yang bermuara pada penyelenggaraaan UAN harus dikaji secara bersama di tingkat bawah kemudian dilanjutkan ditingkat atas. Semua sekolah harus mampu meyakinkan bahwa sekolah mampu secara mandiri membentuk siswa yang cerdas dan terampil mampu diterima setiap kelulusannya dalam pasar kerja dan bahkan mampu menciptakan lapangan kerja.kemudian ditingkat atas bubarkan UAN dan kembalikan dana UAN untuk pengembangan kurikulum pendidikan yang lebih progresif dan selaras dengan kebutuhan masyarakat. Pendidikan yang baik tidak harus dengan gonta-ganti kurikulum gonta-ganti buku..sebaliknya hal demikian menunjukkan bahwa kerangka pendidikan belum kuat dan jelas sehingga harus diganti-ganti. Siswa bukan kelinci percobaan suatu kurikulum dan guru juga bukan akan mencoba jalannya kurikulum. Kita tahu dan dengar CBSA cara belajar siswa aktif, KBK kurikulum berbasis kompetensi, Tematik, dan KTSP kurikulum tingkat satuan pendidikan. Semua tidak bertahan semua terasa mengambang …dan analisa saya semua dikarenakan anggaran..semua ini berkaitan dengan budgeting..semua tahu pengembangan kurikulum itu membutuhkan biaya tidak sedikit dari mulai pembuatan, pengembangan, pelaksanaan dan bahkan sampai evaluasi dilapangan..ini kerjaan banyak...inilah big project yang tiada akhirnya…karena pendidikan ini long life education…

Sudah saatnya otonomi sekolah dilaksanakan dengan sepenuhnya…Dinas terkait sebatas kewenangan pengawasan, perlindungan dan pembinaan. UAN sudah selayaknya dibubarkan banyak sudah korban materi bahkan nyawa dari putra-putri terbaik bangsa yang notabene ingin pintar..hanya itu saja ingin pintar tidak lebih…jadikan budi pekerti bukan hanya sebagai mata pelajaran semata tanpa aplikasi serempak komponen bangsa..mohon ma’af jika tidak berkenan ini hanya suara sebagai pendidik sekaligus wali murid untuk perbaikan pendidikan putra-putri kita…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

itu pendapat Ala Zani..silahkan masukkan komentar anda...